2
TENTANG DIA
Pagi itu aku pergi ke sekolah dengan
terburu-buru karena aku ingin menikmati pagi yang sangat cerah di hari terakhir
aku menginjakkan kaki di sana. aku berencana untuk boyong dari asrama dan
sekolah saat itu. jadi inilah cara teranehku untuk menikmatinya sebelum aku
pergi meninggalkannya. Jam 05.00 aku mulai berada di sekolahku. Duduk sendirian
di taman sambil menikmati ocehan buku Bena book yang gokil bikin ngakak kagak
ada habisnya. Tepat jam 06 bapak Samin, usianya sudah 50 an ke atas, dia
cleaning service di sekolahku yang sudah
datang dan segera mengambil peralatannya. Akupun menyapa beliau, “pak selamat
pagi,.” sapaku kepada beliau. “Selamat pagi juga, pagi bener datang ke sekolah
neng? Ada apa?” tanya beliau kepadaku heran. “Ah ini pak. Ini hari terakhir aku
di sini pak karena hari ini aku akan boyongan.” Jelasku kepada bapak Samin yang
sedang menyapu halaman sekolah sambil meluangkan waktu untuk ngobrol denganku.
“Wah sudah mau kuliah ya neng?” tanyanya
kembali. “Iya pak. Alhammdulillah saya sudah keterima di Universitas Sultan
Agung Tirtayatsa.” Jawabku dengan jelas. “Wah, selamat ya neng.. dimana itu
neng?” tanya balik kepadaku. “Di Banten pak. Lebih tepatnya di Jakarta.” Jawabku kepada beliau. “Sukses terus ya neng,
doa bapak selalu menyertai neng..” ungkapnya kepadaku. “aaamiinn pak. Terima
kasih banyak ya pak. Dita juga mau minta maaf kepada bapak jika selama ini dita
banyak salah sama bapak.” Jelasku kepadanya sambil meminta maaf. “Iya neng,
bapak maafkan. Bapak juga minta maaf sama neng Dita ya. Apak Tanpa di sengaja
takutnya bapak juga pernah berbuat kesalahan sama neng.” Ucapnya panjang lebar
kepadaku. “wah iya pak sama-sama.”
Sesaat kemudian, aku melihat ada sosok
seorang lelaki melambaikan tangannya kepadaku dari kejauah dia berjaan dengan
cepat tapi tidak berlari. Ternyata sosok itu adalah Malik. Iya Malik teman
terbaikku selama aku di sini. Dia tidak berhenti untuk melambaikan tangannya
sampai dia tepat berada di depanku dan berkata “Zita, selamat pagi J.” dengan senyuman manis kepadaku dia mengatakan
itu. Akupun tertawa sambil mengernyitkan kedua alisku kepadanya. Seraya
berkata, “kamu kenapa Lik, kok kamu terlihat begitu aneh hari ini kepadaku?”.
“Oh iya dong, harus terlihat aneh.” Jawabnya
singkat kepadaku seraya duduk di sampingku. “Emangnya ada apa?” tanyaku kembali
kepadanya dengan rasa penasaran. “Jangan tanya dong. Ntar kamu gak penasaran
lagi. Hehe”jawabnya kepadaku dengan wajah cengengesan. "Ah Malik gak seru
deh!. Hayo kasih tau! Kasih tau gak?” tanyaku kepadanya dengan tatapan sinis
dan cemberut.
“Nggak! Heheh” ucanya kepadaku sambil tertawa
terbahak-bahak. Saat itu adalah pertama kali aku melihat dengan jelas wajah
tampan Malik yang selalu tersembunyi dalam muka cueknya setiap hari. Akupun
pura-pura sebel dan memalingkan badanku darinya. “Eh gini-gini dah, aku akan
kasih tau tapi janji ya. Ini hanya secret diantara kita. Sampai kapanpun kamu
tidak boleh menceritakan kepadanya. Kepada siapapun!.” Ugkapnya kepadaku dengan
wajah serius. “Termasuk orang tuaku?” tanyaku menawar kepadanya.
“ Yah
Zita, jangan keluarin bloonnya sekarang dong! Ucapnya kepadaku sambil menepuk
jidatnya sendiri dan tertawa mengejek. “ye iye. Paham! Ayo cepet katakan.!
Ucapku kesel kepadanya disertai rasa deg degan. “Kasih tau jangan?’’. Dia
kembali merayuku lagi. “Ah... kalau gini caranya aku masuk kelas aja dah!”
ucapku kepadanya dengan pura-pura merapikan baju dan mengambil tas serta
beranjak pergi. Satu langkah aku menapakkan kaki di paving halaman sekolah, dia
berkata lagi kepadaku.
“Beneran nih gak penasaran..” sambil
mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Yah aku kan tipe orang yang keponya
tinggi. Jadi ya sudah aku kembali mendekatinya lagi dan duduk di sampingnya. Sebuah
plastik putih mulai dia keluarkan dari tas berwar hitamnya itu. Aku sudah
menduga bahwa dia akan memberikan aku sesuatu.
Aku sudah paham dengan gerak-geriknya. Malik
itu adalah satu satunya temanku yang mempunya hobi membaca buku. Kalau ada
sebutan lain di atasnya “kutu buku” aku akan menobatkankannya kepada dia.
setiap hari pasti ada satu buku non mata pelajaran yang dibawa oleh dia setiap
hari untuk dibaca. Untuk mengetahui buku bacaan apa yang dia sukai itu gampang
banget. Perhatikan saja setiap dia masuk kelas dan fokus ke tangannya. Nah itu
dia buku bacaannya. Malik memang tidak pernah menaruh buku bacaannya di dalam
tasnya. Entah kenapa, mungkin biar mudah dibaca kali ya. Hehe...
Kembali lagi pada plastik putih itu...
“Zit, degerin aku mau cerita. Aku kemaren
pergi ke toko buku untuk membli buku bacaanku yang baru karena buku bacaan yang
aku beli sebulan yang lalu sudah hatam semua. niat awal aku pergi ke toko buku
itu murni untuk membeli buku dan gak ada ingatan aku sedikitpun terhadapmu,
apalagi niat untuk membelikan buku kepadamu. Heheh” ceritanya sambil menatapku
dengan wajah tertawa. “Yahhh..pppftt” baru aku berniat untuk membela diriku
sendiri akana perkataann ya itu dia langsung menaruh telunjuknya dimulutnya dan
berbunyi... “Syuuuutttt! Jangan ngomel dulu. Aku belum selelsai cerita. Gantian
ya..” dengan wajah tersenyum dia menatapku kembali sebagai teguran. “aku
lanjutin ya ceritanya.
Nah entah kenapa ketika aku baru saja membuka
pintu toko buku langganan aku itu, mata aku langsung terfokuskan kepada 2 buah
Qur’an lucu dan terbaru yang aku rasa aku belum pernah sebegitunya terpananya
dan terpesona akan ukiran Qur’an itu. pada saat itulah aku ingat sama kamu deh.
Ada inisiatif untuk membelikan Quran itu kepadamu. Akhirnya aku menanyakan ke
mas-mas di toko itu. “Mas, ini Quran dengan desain terbaru ya mas?” tanyaku
kepadanya. Terus masnya jawab, iya kak, ini desain terbaru. Kemaren ada 1.000
eksemplar langsunng laku terjual dan tinggal dua itu kak.
Terus aku bertanya lagi kepada masnya, emang
keunggulannya dari desain sebelumnya apa mas?”. Dan masnya menjawab lagi,
keunggulannya banyak mas, di dalam quran ini ada tajwidnya juga jadi cocok
untuk pemula dan juga yang mau menghafal Al-Quran selai itu juga ada rujukan
ayat Al-Quran yang menjelaskan isi di dalamnya langsung ada nomer ayat dan
halamannya jadi cocok untuk dakwah dan mencari landasan dalil Al-Quran kak,
selain itu motif sampulnya juga bagus ada pinknya dan warna kalem yang cocok
untuk perempuan dan juga laki-laki. Makanya mas di beli ya. Sekarang kami
sedang memberikan discount jika membeli dua sekaligus akan mendapatkan diskon
30 % dari harga penjualan sebagai tanda syukur kami karena Al-Quranya laku
cepat.”
Setelah itu aku bilang ke masnya untuk
dibungkus aja semuanya. Aku mau kasih ke kamu dan juga untuk aku. Selain itu,
ini sebagai hadiah kenang-kenangan dari aku kepada kamu. Kan kita sudah mau
perpisahan nih dan bakalan jarang ketemu seperti biasanya aku dan kamu bertemu
di sini. Jadi nanti gunakan quran ini setiap kali kamu mau ngaji supaya aku
banyak pahalanya.. heheheh” sambil bercanda dia meletakkan Al-Quran dengan
corak yang indah itu kepadaku. “hemmm... Malik! Thanks a lot yah! Kamu masih
ingat aja kalau aku memang mau menghafalkan Al-Quran. Pasti aku baca.” Aku
tersenyum sambil mengatakan itu kepadanya.
“Iya, sama-sama Zita Lubis wkkw.. gak usah
mewek gitu dong!” ucapnya kepadaku mencairkan suasana sedih menjadi bahagia.
“Yah, kali,, aku mau nangis!” sambil mengucek mata yang agak gatal karena akan
mengeluarkan air mata. “Oh iya satu pesan akuu lagi. Kamu kan tipe orang yang
kangenan. Jadi, jika suatu saat nanti kamu merindukan aku, kamu baca aja surah
Al-Mulk dan Ar-Rahman serta elus-elus dah tuh Qur’an. Seraya bacain sholawat
dan menyebut namaku 3 kali dan berkata “ya Allah pertemukannlah kami kembali.
Seperti itu ya. Hehheehh.... awas jangan lupa loh. Ingat itu. dijaga
baik-baik.” sambil tertawa dia memperagakan apa yang diucapkannya kepadaku
terhadap Qur’an yang kembar dengan milikku. “yah.. berarti kita kembaran Quran
ya..” jawabku kepadanya. “Iya dong. Good luck ya.
Semoga dengan Al-Quran kembaran kita ini kamu
bisa menjadi hafidzah 30 juz dan bermanfaat terhadap sesama di dunia dan di
akhirat. Oh iya jangan lupa ya tips dari aku,, aku bakalan melakukan hal yang
sama kok ketika aku kangen kamu. Heheh bercanda- bercanda.. Piiiissssss!!! J.” Dia mulai tertawa kembali sambil memasukkan
AL-Quran yang sama dengan punyaku itu kedalam tasnya dan beranjak pergi. “Apaan
sih kamu Malik ada ada aja. Sok so sweet. Gak mempan tau. Siapa juga yang
bakalan kangen kamu. Heheh”. Balasku dengan cengengesan. “Wah awas ya ntar
kangen sama aku tau rasa kamu!. Heheh. Ya sudah lah.
Simpan tuh Quran dalam tasmu. Yuk ,masuk
kelas.” Sambil berdiri dan beranjak pergi dia menunggu aku memasukkan Al-Quran
yang baru saja dia berikan kepadaku. Akupun berjalan di sampingnya sambil
tersenyum-senyum bahagia dengan kejutan yang diberikan Malik ke[adaku. “thank
you very much Malik, semoga Allah membalas kebaikanmu.” Ucapu dalam hati seraya
fokus pada lorong yang aku tapaki bersama Malik.
Setelah sampai di kelas dan mulai menempati
tempat dudukku dengan tenang, aku menghela napas sebentar. Aku tak mengerti
kenapa hatiku begitu deg-degan kencang banget. Perasaan gelisah ada saja di
dalam diriku seakan berkeinginan untuk memegang pemberian dari Malik tadi
berulang kali, sepertinya hanya itu obatnya untuk menghilangkan kegelisahanku.
Aku pikir perasaan ini pasti juga dirasakan oleh semua orang yang mendapatkan
kejutan dari teman dekatnya. Namun, apakah penyebab ini semua sumbernya hanya
karena kejutan? Bukan dari hal lain?. Ah entahlah aku tak paham akan itu semua.
terpenting adalah aku bahagia sekali saat itu bisa mendapatkan surprise
terindah dari seseorang untuk pertama kalinya.
“Doaaarrrrr.....!!!! ceille tumben nih
pagi-pagi sudah sampai di kelas saja. Biasanya datangnya suka telat nih!.” Teriak
Refi dengan suara yang menggelegar. Saat itu hanya ada beberapa teman yang ada
di kelas dan salah satunya Malik. Setelah Refi menyelesaikan ocehannya akupun
segera melirik ke arah Malik, khawatir dia mendengar apa yang dikatakan Refi.
Sungguh aku tersipu malu dibuatnya, karena
aku melihat Malik menutupi mulutnya seakan tersenyum geli kepadaku. Akhirnya
aku mencoba mengelak ucapannya Refi, “Ihhh,,,... apaan coba, aku terkadang juga
sering berangkat pagi kok. Kamunya aja yang berlebihan hari ini!” ucapku dengan
rada jutek dan wajah memerah.
“yeee... tau-tau yang sudah mau pisah!”
lanjut refi sambil menyenggol lengan kananku seraya menggodaku. “Yaaahh! Apaan
sih Refi. Kamu sedang sakitkah hari ini? sini aku bawa kamu mengahadap pak
satpam untuk idzin sebentar periksa ke puskesmas di depan sekolah. Gmana mau kan?
Yuk!.” Ledekku dengan ekspresi agak serius dan menarik tangan Refi.
“eh eh,, nggak-nggak Zit! Sorry aku bercanda
heheh..” ucap Refi dengan wajah cengengesan kepadaku. “ah kagak! Lu mah gitu
orangnya. Aku gak mau teman satu-satunya gue sakit saraf.” Ungkapku kepada Refi
sembari tersenyum dan menyembunyikan wajah itu darinya dengan sedikit
memalingkan wajah ke belakang. Dan saat itu aku mulai memperhatikn Malik yang
saat itu sedang tertawa terpingkal-pingkal di pojokan depan sana.
“Malik.. kamu
kenapa tertawa?.” Tanyaku dengan nada sedikit kencang kepadanya. Secara
tiba-tiba suara ramai di kelasku mulai terhenti dan pandangan teman-teman kelas
mulai terfokuskan kepada dirinya. Malik hanya merespon pertanyaanku dengan
menoleh saja kebelakang. Hal itu membuat aku merasa kecewa terhadapnya.
Akhirnya aku mulai duduk kembali sembari
berusaha untuk melupakan kejadian yang baru saja berlalu itu. suara riuh
teman-teman mulai terdengar lagi dengan diselingi canda tawa dan
gurauan-gurauan serta cerita-cerita yang membuat bising di teling. Hingga pada
akhirnya ada merasa ada sebuah kertas jath mengenai kerudung seragamku itu.
“ouchhh!” Seruku. Aku segera menoleh ke arah tafsiran kertas itu berasal dan
berusaha mengambilnya.
Ternyata...
Ketika aku menoleh, Malik saat itu sedang
menongolkan kepalanya ke depan bangkunya seraya melambaikan tangannya kepadaku
dan berbicara menggunakan bahasa isyarat yang maknanya “it’s okay!”, euuuu aku
sebel sambil bahagia begitu melihatnya.
Bell masuk pun berbunyi. Bapak Amin datang ke
kelasku untuk mengisi kelas motivasi masuk ke perguruan tinggi. Di sana beliau
memberikan tugas untuk setiap siswa diwajibkan satu persatu maju ke depan dan
memberikan pendapat mereka tentang perguruan tinggi dan juga motivasi dari diri
kita kepada teman-teman. Jadi forum ini seperti diskusi karena teman-teman
diberikan kebebasan untuk menyanggah, bertanya dan juga berkomentar akan
pendapatnya itu.
Siswi yang maju pertama adalah teman
sebangkuku. Pak Amin meminta untuk urutan maju kedepan sesuai dengan urutan
tempat duduk di kelas. Ok berhubung tempat dudukku di paling depan ujung timur
jadi teman aku si Nita yang maju duluan. Nita adalah teman sebangkuku yang
memiliki sifat humoris dan juga lincah. Dia pintar dalam segala hal termasuk
dalam beragumen. Tak heran jika banyak sekali teman-teman yang menyukai perwatakannya
itu. Selain itu dia juga suka bercerita yang aneh-aneh, tak heran jika setiap
hari aku selalu tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya.
Di saat Nita memberikan bersiap-siap untuk
maju ke depan, pak Amin menyodorkan surat kepadaku. Akupu tercenggang
menerimanya. Sambil melongo kaget dan bertanya dengan sedikit berbisik ke pak
Amin seraya bertanya “Surat ini dari siapa untuk siapa pak?” dengan tatapan
penasaran aku berusaha menemukan jawaban dari wajah pak Amin. “Sudah baca saja,
kamu akan tau sendiri pengirimnya.” Jawab pak Amin dengan memasang ekspresi
tersenyum menenangkan.
Mendengar jawaban
pak Amin membuatku tidak tertarik untuk membacanya saat itu juga. aku kembali
memfokuskan mengenai motivasi apa yang akan aku berikan kepada mereka.
Teman-teman mulai memberikan tepuk tangan kepada Nita setelah dia selesai
mempresentasikan motivasinya. Kini tiba giliranku untuk maju kedepan. Sedikit
nervous sih tapi ya sudahlah aku paksakan untuk tetap fokus dan berusaha untuk
tidak memperlihatkan ekspresi gugup aku kepada teman-teman terutama kepada pak
Amin.
“Asssalamualaikum warahmatullah
wabarokatuh... terima kasih banyak atas kesempatan yang diberikan oleh bapak
dan juga teman-teman semua untuk menyampaikan celotehan motivasi saya yang
sebenarnya ini merupakan khsusus untuk dirisaya pribadi. Jadi saya akan
memberikan motivasi tentang “masa depan”.
Masa depan itu hanyalah sebuah hayalan yang berawal
dari imajinasi yang tertinggal di masa depan atau imajinasi yang bermunculan
sekarang untuk diperjuangkan selanjutnya. Masa depan itu tidak ada artinya jika
hanya sebuah khayalan. Namun ada satu hal yang menjadikan masa depan itu
menjadi penting adalah di saat ada “A” di dalamnya.
Belum aku lanjutkan kosa kata selanjutnya,
teman-teman sudah pada bersorak mengatakan “Cie.cieeeee...huhuyyyy.. “A”
katanya” ungkap salah satu teman aku yang cerewet di kelas itu sambil menggoda
Malik. Yah, nama lengkap Malik memang berawalan A. Jadi teman-teman
menyangkanya bahwa A yang aku maksud adalah dia. ah, aku sedikit kesal
sebenarnya karena mereka telah memotong perkataanku yang mulai terbawa arus
penghayatan oleh aku dan juga teman-teman yang mendengarkan akan tetapi di sisi
lain aku juga menikmati suasa romantisme yang teman-teman ciptakan secara tidak
sengaja dengan mengambil huruf A sebagai ide pokok romantisme tersebut. akupun
tersenyum dan berusaha menjelaskan bahwa sebenarnya itu salah.
“Oke oke ya! Diam dulu. Biarkan Zita melanjutkan kalimat
selanjutnya.” Sanggap pak Amin sambil menenangkan teman-teman yang mulai
bersoarak-sorak di buatnya. Akupun tak sengaja melihat wajah Malik juga
tersenyum merah dibuatnya. Selain itu aku juga melihat pak Amin tersenyum kecil
sambi;l berjalan menuju tempat duduknya lagi. Sesaat itu akupun bergumam
sendirian di dalam hati “Ih ini
orang-orang semua kenapa terbawa suasana dengan huruf “A” sih?”.
“Baik bapak terima kasih banyak, telah membantu saya untuk
bisa menenangkan teman-teman yang mulai gaduh ini.” ucapku kepada pak Amin.
“Apa itu A?”A itu adalah Action. Action adalah istilah dalam bahasa Inggris
yang digunakan untuk menjadi kunci utama dalam mensukseskan dan menguatkan
istilah “masa depan”. Tanpa Action semua mimpi, semua khayalan, semua rencana
tidak akan menjadi nyata hanya akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, mengapa
Allah swt berfirman “Fatawakkal Ala Allah, innaAllaha yuhibbul
mutawakkiliiiinnnnn>” bertakwalah kepada Allah karena Allah sangat suka sama
orang yang berpasrah diri atau tawakkal), karena ada kata ikhtiyar! Sebelum
tawakkal. Hal itu dijelaskan oleh firman Allah dalam surah Al-Alaq yang berbuyi
“Iqra’ bismi robbikal ladzi kholaq”.
Nah
bacalah. Jika kita memahami lebih mendalam, kata iqra’ merupakan sebuah fi’il
yang jika di artikan dalam bhs Inggris adalah action. Nah! Sudah jelaskan.
Makanya mengapa Albert Einstein mengatakan bahwa Imagination is important than
knowledge adalah jika imajinasinya disertai dengan action.
So menurut saya Everything is gonna be alright when you’re
right. Jadi segala sesuatu itu tergantung diri kita, jika kita benar maka semua
akan baik-baik saja. Sekian penyampaian motivasi dari saya jika ada pertanyaan
ataupun sanggahan disilahkan.
Sesaat kemudian, Malik mengangkat tangannya
di saat itu juga akupun merasa deg- degan jantung aku semakin berdetak sangat
cepat bukan karena aku jatuh hati padanya tapi karena pertanyaan apapun yang
keluar dari diri dia adalah pertanyaan
yang sulit seribu kali sulit dan jawabannya membingungkan. Jadi teman-teman di
kelas itu sangat suka jika mereka presentasi di kelas dan Malik sedang tidak
masuk sekolah.
Jadi biar aku kasih tau sebelumnya kepada
kalian tentang Malik. Malik itu orangnya totalitas. Jadi siapapun dia, dan
bagaimanapun dia jika dalam forum diskusi Malik menganggap semua itu sama. Jadi
dia tetap akan serius dan fokus serta akan memaksa untuk tidak terima meskipun
itu sahabat dia sendiri.
“Ok! Ini sekedar sanggahan ya dari saya terhadap pernyataan
anda. Saya tidak begitu setuju dan memang benar-benar tidak setuju jika masa depan
hanyalah sebuah hayalan, karena menurut saya sendiri dari berbagai sudut
pandang referensi yang pernah saya baca, semua yang anda katakan itu sangatlah
bertolak belakang. Seakan-akan anda meremehkan masa depan sedangkan anda
sendiri dan masa depan anda itu penentu kehidupan anda kedepannya.”
Dia bernafas sejenak dan melanjutkan sanggahannya kembali,
“Oleh karena itu, nantinya jika mau
memberikan motivasi itu dipersiapkan yang lebih matanglah jangan seperti ini.”
Ucap Malik dengan nada tinggi dan kecewa. Saat itu teman-teman sekelas langsung
hening dan langsung semua mata fokus kepadaku. Aku sangat sedih sekali saat
itu. begitu kejamnya Malik mengatakan hal tersebut kepadaku. Sungguh tak
berperi pertemanan.
Aku segera menjawab dengan wajah sedikit
tegar “Baiklah terima kasih atas masukan dan sanggahannya, saya tutup
presentasi saya kali ini. mohon maaf jika ada salah kata karena yang maha benar
hanyalah Allah SWT> sekian dari saya. Waasalamualaikum wr.wb. aku langsung
duduk dan menahan air mata yang akan menetes di pipiku. Aku sangat sedih waktu
itu, seakan aku ingin bel pulang segera dibunyikan oleh Bang Halim pejaga bel
dan elektronik sekolah. Maha suci Allah, Allah sangatlah baik terhadapku, 30
detik dari pengharpanku itu, bel-pun berbunyi dengan sangat keras. “Teeeeeeeeeeeeeeeeeeettttt,
Teeeeeeeeeeeeeeeet, Teeeeeeeeeeeeeeeeeet, tiga kali. teman-teman kelas langsung
merapikan bukunya dan memasukkan kedalam tasnya masing dengan terburu-buru.
Saat itu aku langsung keluar dan tiba-tiba ada sseorang memegang bahuku dari belakang. Akupun kaget, karena
aku belum fokus saat itu dengan pikiran aku yang sedang berkecamuk gara-gara ucapan yang sangat menyakitkan dari si Malik
itu.
“Zita, yuk ikut aku ke kelas 12 ipa2.”,
ucapnya kepadaku sambil menarik tanganku untuk mengikutinya. Akupun hanya
mengikuti saja. Setelah sampai di dalam kelas 12 ipa2 yang kosong tanpa
seseorang satupun di kelasnya, aku pun melihat seseorang yang menarikku itu.
ternyata dia adalah Refi.
“Sini duduk Zit!” ucap Refi menyuruhku duduk
disampingnya.
“Ada apa Refi?” tanyaku kepadanya dengan
sedikit rasa lelah.
“Zit, lihat aku, tatap mataku. Aku tau kamu
sakit tadi dengan perkataan Malik terhadapmu. Aku mengerti perasaanmu.” Sambil
mengenggam anganku dia berusaha untuk menatap wajahku lebih dalam.
“Aku punmulai berfikir, mungkin ini saat yang
tepat untuk aku berhenti menahan kesedihanku.” Gumamku dalam hati.
“Zit, lihat aku. Benar kan. Kamu gak usah
tahan-tahan seperti ini. Jika kamu mau nangis sekarang gak apa, nangis saja.
Sini Zit aku bersedia mendengar kesedihanmu. Zita. keluarkan kesedihanmu jangan
ditahan-tahan. Aku pernah berada di posisi kamu sperti ini. ini sangat sakit
Zit. Sakit sekali. Makanya aku langsung menghampiri kamu sekarang.” Ucap Refi
panjang lebar memberikan pengertian terhadapku.
Mendengar ucapan Refi kepadaku, tanpa terasa
tiba-tiba air mataku mengalir begitu saja meskipunku sudah mencoba untuk
menahannya dengan mendongkakkan kepalaku keatas. Aku begitu terbawa suasana.
Refi rela menunggu diriku hingga aku menyelasaikan kesedihanku. Akupun menangis
sejadi-jadinya sampai mataku begitu bengkak dan perasaanku begitu lega saat
itu. sambil berusaha menjelaskan dengan suara yang terbata-bata serta sesegukan
yang tak tertahankan menjadi nada curhat kesedihanku saat itu.
Saat itu aku begitu bersyukur sekali, Allah
sangatlah baik kepadaku meskipun hal yang ada dipikiranku saat bel berbunyi
adalah pulang ke asrama dan menumpahkan segala kesedihanku kepada bantal dan
selimutku. Namun Allah memmpunyai rencana lain untuk itu. Refi mulai memelukku
berusaha menenangkan diriku yang menangis semakin jadi. Ketika aku masih berada
dipelukan Refi, tiba-tiba aku melihat dari jendela transparan kelas Ipa2 itu si
Malik temannya serta bapak Amin baru saja keluar dari ruangan kelasku. Ternyata
mereka masih diskusi di dalam sepertinya.
Aku langsung memalingkan wajahku tatkala
wajah Malik terlihat jelas dari jendela itu dan melihatku dengan mata sembabku
ini. aku berusaha untuk menutupi darinya. Aku tak ingin mereka semua tau bahwa
aku sedang sedih karena kejadian tadi di kelas. “Ref, mereka baru keluar tuh!”
bsiskku kepada Refi sambil menunjukkannya dengan lirikan mataku. “Yaudah deh
yuk, kamu gimana sudah lumayan lega?” kata Refi menanyakan keadaanku. “Iya, ya
sudah yuk! Terima kasih ya sudah mau menemaniku saat ini.” ucapku kepadanya
dengan senyuman.
“Iya Zita, sebagai sahabat yang baik harusnya
seperti aku. Aku mengerti perasaanmu. Intinya kamu jangan pernah ambil omongan
mereka. Anggap aja tidak ada. Karena kamu masih punya Allah. Jika kita sudah
tidak punya apa-apapun sama Allah kita diperintahkan untuk jangan bersedih,
karena Allah selalu ada untuk kita. Seperti firman Allah SWT “Wa maa Indza
Allahi Khoirr dan ada juga “La Tahof Wala Tahzan. InaaAllah Ma’ana.”.
“hemmm, ukhti hafidzah. masyaAllah” akupun
menggoda Refi dengan tertawa kecil.
Sekian
Chapter 2